Assalamualaikum dan selamat datang wahai orang-orang yang beruntung yang telah bergabung dalam Islam! Ini adalah perjalanan yang luar biasa, dan wajar jika ada banyak hal baru yang perlu dipelajari. Salah satu hal penting dalam Islam adalah memahami Aqidah (keyakinan dasar).
Dalam Islam Sunni, ada dua pendekatan utama dalam memahami Aqidah yang sangat terkenal: Asy’ariyah dan Maturidiyah. Jangan khawatir jika namanya terdengar asing, sebenarnya keduanya memiliki banyak kesamaan dan inti keyakinan yang sama. Anggap saja mereka seperti dua cara menjelaskan hal yang sama, dengan sedikit penekanan yang berbeda.
Aqidah Asy’ariyah: Mengutamakan Wahyu
Asy’ariyah ini seperti “mengutamakan petunjuk dari Al-Qur’an dan Hadis” dalam memahami Allah dan sifat-sifat-Nya.
Bayangkan Anda ingin tahu seperti apa matahari. Ada dua cara:
- Melihat langsung (seperti Al-Qur’an dan Hadis memberi tahu kita).
- Menganalisis secara ilmiah (seperti akal kita).
Asy’ariyah akan berkata, “Dengarkan dulu apa yang Allah firmankan di Al-Qur’an dan Rasulullah katakan di Hadis tentang diri-Nya dan sifat-sifat-Nya. Akal kita akan membantu memahami, tapi wahyu (Al-Qur’an dan Hadis) adalah yang utama.”
Poin pentingnya:
- Sifat-sifat Allah: Mereka percaya Allah punya sifat-sifat sempurna yang kekal, seperti Maha Tahu, Maha Kuasa, Maha Berkehendak, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Berbicara, dan Maha Hidup. Mereka meyakini sifat-sifat ini ada pada Allah, tapi tidak sama dengan sifat makhluk. Contoh: Allah melihat, tapi penglihatan-Nya tidak seperti mata kita. Allah berbicara, tapi perkataan-Nya tidak seperti suara kita. Mereka tidak menyerupakan Allah dengan apapun.
- Perbuatan Manusia: Menurut Asy’ariyah, semua yang kita lakukan (baik atau buruk) itu Allah yang ciptakan. Kita hanya punya “usaha” atau “pilihan” untuk melakukannya. Jadi, Anda memilih untuk membaca Al-Qur’an (usaha), tapi kemampuan membaca dan perbuatan membaca itu sendiri diciptakan Allah. Anda tetap bertanggung jawab karena Anda yang memilih untuk melakukan itu. Ibaratnya, Allah menyiapkan semua bahan dan alat, lalu Anda memilih untuk menggunakan bahan dan alat itu untuk membuat kue atau merusaknya.
- Kebaikan dan Keburukan: Apa yang baik dan buruk itu ditentukan oleh syariat (ajaran Islam). Kalau syariat bilang itu baik, maka baik. Kalau syariat bilang itu buruk, maka buruk. Akal kita bisa memahami, tapi penentu akhirnya adalah wahyu.
Aqidah Maturidiyah: Peran Akal dan Wahyu Berdampingan
Maturidiyah ini agak sedikit berbeda, mereka seperti “memberi ruang lebih pada akal kita” untuk memahami Allah, bahkan sebelum wahyu datang.
Kembali ke contoh matahari: Maturidiyah akan berkata, “Ya, wahyu itu penting. Tapi, akal kita juga bisa menyimpulkan bahwa pasti ada yang Maha Menciptakan dan Maha Kuasa, hanya dengan melihat keajaiban alam semesta ini.”
Poin pentingnya:
- Peran Akal dan Wahyu: Mereka percaya akal manusia punya kemampuan untuk mengenal Allah dan bahkan tahu kewajiban berterima kasih kepada-Nya, meskipun wahyu belum datang. Namun, wahyu tetap sangat penting untuk memberikan detail dan menyempurnakan pemahaman itu. Jadi, akal dan wahyu berjalan beriringan.
- Sifat-sifat Allah: Sama dengan Asy’ariyah, mereka percaya sifat-sifat Allah itu ada dan kekal, tanpa menyerupakan dengan makhluk. Hanya saja, mereka menambahkan satu sifat khusus yang disebut “Takwin” (Maha Menciptakan/Mengadakan) sebagai sifat yang berdiri sendiri. Bagi mereka, Allah itu benar-benar Dzat yang aktif dan terus menerus menciptakan segala sesuatu.
- Perbuatan Manusia: Mereka juga percaya Allah yang menciptakan perbuatan manusia, tapi mereka lebih menekankan bahwa manusia punya “daya” atau “kekuatan” yang nyata untuk melakukan perbuatan itu. Allah menciptakan daya itu, lalu manusia yang menggunakan daya tersebut untuk berbuat. Jadi, Anda punya daya untuk mengangkat tangan, dan Anda yang menggunakan daya itu untuk mengangkatnya, sehingga Anda bertanggung jawab.
- Kebaikan dan Keburukan: Mereka percaya akal kita bisa mengetahui apa yang baik dan buruk, meskipun wahyu tetap menjadi penentu utama dan memberikan detail yang lebih lengkap. Misalnya, akal kita bisa tahu bahwa mencuri itu buruk, tanpa harus menunggu wahyu.
Kesimpulan untuk Anda
Intinya, baik Asy’ariyah maupun Maturidiyah adalah dua mazhab teologi yang sah dan diterima luas dalam Islam Sunni.
- Jika Anda merasa lebih nyaman dengan pendekatan yang mengutamakan dalil-dalil langsung dari Al-Qur’an dan Hadis untuk memahami sifat-sifat Allah, maka pemahaman Asy’ariyah mungkin lebih cocok untuk Anda.
- Jika Anda lebih suka pendekatan yang memberikan ruang sedikit lebih besar pada akal untuk memahami keberadaan dan sifat-sifat Allah, tanpa mengurangi pentingnya wahyu, maka Maturidiyah bisa menjadi pilihan.
Yang terpenting adalah:
- Meyakini Allah itu Esa (Tunggal), tidak ada sekutu bagi-Nya.
- Meyakini Allah memiliki sifat-sifat sempurna yang tidak sama dengan makhluk.
- Meyakini Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir.
- Meyakini hari kiamat, malaikat, kitab-kitab Allah, dan takdir.
Jangan khawatir terlalu dalam membedakan keduanya di awal. Fokuslah pada fondasi iman dan terus belajar. Seiring waktu, Anda akan menemukan mana pendekatan yang paling resonan dengan pemahaman Anda.
Semoga Allah memudahkan perjalanan Anda dalam memahami Islam! Aamiin.